JAKARTA, penanuswantara.online – Kebijakan pemerintah yang menempatkan dana sebesar Rp200 triliun di bank-bank milik negara disambut baik oleh Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Langkah ini dinilai mampu memperkuat likuiditas perbankan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut keputusan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa itu selaras dengan strategi moneter pro-pertumbuhan yang dijalankan BI.
“Kami mendukung kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, termasuk penempatan dana pemerintah dari BI ke perbankan untuk memperkuat likuiditas,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (17/9/2025).
Perry menjelaskan, BI juga melakukan pelonggaran likuiditas melalui pengurangan penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) senilai Rp200 triliun. Posisi SRBI yang semula Rp916 triliun pada Januari 2025 turun menjadi Rp720 triliun per Agustus 2025.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menegaskan tambahan dana pemerintah tersebut membuat ruang likuiditas perbankan lebih longgar. Rasio Alat Likuid per Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) meningkat dari 22,53% menjadi 24,2%, sedangkan Alat Likuid per Non-Core Deposit (AL/NCD) naik dari 99,81% menjadi 107,10%.
“LDR (loan to deposit ratio) ikut menurun menjadi 85,34% setelah adanya tambahan dana pemerintah pada 12 September 2025,” ujar Dian saat rapat dengan Komisi XI DPR.
Data per Agustus 2025 mencatat pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) masing-masing naik 7,56% dan 8,51% secara tahunan (year-on-year/yoy). Kredit korporasi masih menjadi motor penggerak dengan pertumbuhan 9,59% yoy, mencakup 52,8% dari total kredit.
Di sisi lain, kredit UMKM naik 81,82% yoy, namun porsinya terhadap total kredit masih relatif rendah, sekitar 18,61% sejak awal 2025. Secara bulanan, kredit UMKM dan korporasi justru sedikit terkontraksi masing-masing 0,45% dan 0,51%, sementara kredit konsumtif tumbuh 0,61%.
Seperti diketahui, Kementerian Keuangan menempatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp200 triliun ke lima bank BUMN: BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, dan Bank Syariah Indonesia (BSI). Dari jumlah tersebut, BRI, Mandiri, dan BNI masing-masing memperoleh Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, dan BSI Rp10 triliun.(red.al)
Posting Komentar