KEDIRI, penanuswantara.online – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Universitas PGRI Kediri (UNP) kembali menciptakan inovasi di bidang pendidikan inklusi dengan menghadirkan sistem digital yang ramah bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Bertempat di SDN 1 Betet, Kota Kediri, tim yang dipimpin Dr. Vivi Ratnawati, S.Pd., M.Psi., bersama anggota Dr. Risky Aswi Ramadhani, M.Kom., dan Dr. Risaniatin Ningsih, S.Pd., M.Psi., melaksanakan sosialisasi sekaligus penyerahan “Sistem Edukasi Digital Sehat Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK): Implementasi Certainty Factor dalam Mendukung Sekolah Dasar Inklusi Ramah Anak”, pada 19 September 2025.
SDN 1 Betet dipilih karena telah ditetapkan Dinas Pendidikan sebagai sekolah dasar inklusi, yang menerima siswa dari beragam latar belakang, termasuk anak-anak dengan autisme ringan, ADHD, slow learner, tunalaras, hingga disleksia. Sekolah ini juga berkomitmen menjadi bagian dari program Sekolah Ramah Anak.
“Tujuan utama program ini adalah membantu guru dan orang tua agar lebih mudah mendampingi anak berkebutuhan khusus dalam memanfaatkan teknologi digital secara sehat dan tepat guna,” ungkap Dr. Vivi Ratnawati.
Tantangan Besar dalam Pendidikan ABK di Era Digital
Dalam pemaparannya, Vivi menjelaskan bahwa guru dan orang tua masih menghadapi kendala besar terkait penggunaan teknologi digital bagi ABK.
Berdasarkan survei yang dilakukan tim PkM UNP Kediri:
77,77% siswa ABK menggunakan gadget lebih dari 4 jam per hari.
59,2% di antaranya mengakses konten hiburan yang tidak bersifat edukatif.
50,6% menunjukkan tanda-tanda gangguan fokus ketika belajar tanpa bantuan media digital.
Data ini sejalan dengan temuan UNICEF yang memperingatkan bahwa anak-anak, khususnya ABK, berisiko mengalami kecanduan digital (digital overload) dan terpapar konten yang tidak sesuai bila tidak mendapatkan pendampingan yang memadai.
Teknologi Certainty Factor untuk Solusi Pendidikan
Untuk menjawab tantangan tersebut, tim PKM UNP Kediri memperkenalkan teknologi berbasis Certainty Factor (CF), yang dapat mendiagnosis, memetakan, serta memberikan rekomendasi layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik masing-masing ABK.
Melalui sistem ini, guru dan orang tua akan mendapatkan panduan terkait:
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Metode pengajaran yang lebih efektif.
Layanan psikologis yang tepat berdasarkan data perkembangan siswa.
“Harapan kami, sistem ini dapat menjadi alat yang memudahkan guru dan orang tua, sehingga teknologi digital tidak lagi menjadi hambatan, tetapi justru menjadi sarana perkembangan dan pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus,” tutur Vivi.
Dukungan Pemerintah dan Kolaborasi Lanjutan
Program ini sejalan dengan kebijakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) serta Kemendikbudristek, yang mendorong sekolah inklusi agar semakin ramah terhadap ABK.
Selain sosialisasi, program yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) ini juga mencakup pendampingan langsung bagi guru dan wali murid.
Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat layanan inklusi di SDN 1 Betet dan menjadi model percontohan bagi sekolah inklusi lainnya di Kota Kediri dan sekitarnya.(red.al)
Posting Komentar