Empat Anggota Tetap DK PBB Kini Akui Negara Palestina, AS Terisolasi

  


JAKARTA,  penanuswantara.online – Peta politik global mengalami perubahan signifikan setelah empat dari lima negara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) secara resmi mengakui Negara Palestina. Langkah ini meninggalkan Amerika Serikat (AS) sebagai satu-satunya pemegang hak veto yang masih menolak memberikan pengakuan tersebut.

Perang berkepanjangan antara Israel dan Palestina, khususnya serangan brutal Israel yang menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza, mendorong dunia internasional kembali mengangkat isu kemerdekaan Palestina.
Dua negara Eropa yang selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Israel, yakni Inggris dan Prancis, membuat kejutan besar dengan mengubah sikap politiknya dan memberikan pengakuan resmi kepada Palestina.

Langkah bersejarah ini memicu gelombang dukungan internasional. Negara-negara Barat lain seperti Australia, Kanada, Portugal, dan Luksemburg turut mengikuti jejak mereka.
September 2025 pun menjadi bulan penuh dukungan bagi Palestina sekaligus masa yang berat bagi Israel, yang selama ini mengancam akan mencaplok wilayah Tepi Barat dan menggagalkan pembentukan negara Palestina.

Empat Negara Anggota Tetap DK PBB yang Dukung Palestina Merdeka

1. Rusia

Rusia menjadi negara anggota tetap DK PBB pertama yang mengakui Palestina. Dukungan ini sudah diberikan sejak era Uni Soviet, tepat setelah Yasser Arafat mendeklarasikan kemerdekaan Palestina pada 15 November 1988 di Aljir.

Setelah Uni Soviet bubar, Federasi Rusia tetap mempertahankan pengakuan tersebut. Moskow secara konsisten mendorong solusi dua negara berdasarkan resolusi PBB dan hukum internasional.

Bagi Rusia, dukungan terhadap Palestina juga memiliki nilai geopolitik. Isu Palestina sering digunakan sebagai kartu diplomasi untuk memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah serta menjalin hubungan erat dengan negara-negara Arab dan dunia Islam.

2. China

China resmi mengakui Palestina pada Desember 1988, hanya beberapa minggu setelah deklarasi kemerdekaan di Aljir. Beijing juga mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB.

China secara tegas menyatakan bahwa Negara Palestina harus berdiri berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Meski pernyataannya keras, China tetap berhati-hati dalam langkah politik praktis. Fokus utama Beijing adalah menjaga stabilitas kawasan dan memperkuat citra sebagai negara adidaya yang berpihak pada dunia berkembang.

3. Prancis

Selama beberapa dekade, Prancis dikenal bersikap hati-hati dan sering kali cenderung mendukung Israel. Namun, tragedi kemanusiaan di Gaza mengubah peta politik di dalam negeri maupun di panggung global.

Pada Juli 2025, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan niat Prancis untuk mengakui Palestina secara resmi dalam Sidang Umum PBB.
Janji itu ditepati pada 22 September 2025, saat Macron mendeklarasikan pengakuan resmi bagi Palestina.

Langkah ini dilakukan untuk memecah kebuntuan diplomasi internasional dan merespons tekanan publik yang semakin besar, baik dari dalam negeri maupun komunitas global.
Namun, tantangan tetap ada, seperti penentuan batas wilayah, hubungan diplomatik dengan Israel, dan dinamika politik internal Prancis.

4. Inggris

Inggris, yang memiliki sejarah panjang dalam konflik Palestina-Israel, akhirnya mengambil sikap bersejarah dengan memberikan pengakuan resmi pada 21 September 2025.
Keputusan ini datang setelah puluhan tahun Inggris mempertahankan posisi pro-Israel yang sangat hati-hati.

Pemerintah Inggris menyatakan bahwa langkah tersebut adalah bagian dari komitmen mendukung solusi dua negara dan menghentikan kekerasan di Gaza.
Selain itu, pengakuan ini juga ditujukan untuk menekan Israel agar menghentikan pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat serta mendorong reformasi internal pemerintahan Palestina.

Ironisnya, Inggris adalah negara yang dahulu membuka jalan bagi lahirnya Israel melalui Deklarasi Balfour 1917, yang kemudian berujung pada berdirinya negara Israel tahun 1948.
Kini, Inggris justru menjadi simbol perubahan sikap besar dalam upaya mewujudkan perdamaian di Timur Tengah.

Amerika Serikat Kini Sendiri

Dengan perubahan sikap Inggris dan Prancis, kini AS menjadi satu-satunya negara anggota tetap DK PBB yang masih menolak pengakuan terhadap Palestina.
Posisi ini membuat Washington semakin terisolasi di forum internasional, terlebih setelah gelombang dukungan terus mengalir dari berbagai negara Barat dan dunia berkembang.

Situasi ini juga memberikan tekanan diplomatik yang semakin besar terhadap Israel, yang selama ini mengandalkan dukungan penuh dari AS.
Banyak pengamat menilai, jika AS tetap mempertahankan sikap kerasnya, hal tersebut bisa memperburuk citra internasionalnya dan menghambat upaya perdamaian di Timur Tengah.

Dengan semakin banyak negara yang mengakui Palestina, harapan untuk mewujudkan solusi dua negara kembali terbuka, meskipun jalan menuju perdamaian sejati masih penuh tantangan.(red.al)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama