Kediri, penanuswantara.online – Pemerintah Kabupaten Kediri melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) terus berinovasi dalam memperkuat ketahanan pangan dan menciptakan pertanian berkelanjutan. Salah satu langkah strategis yang tengah digarap adalah pengembangan pupuk organik lokal bernama “Joyoboyo”, yang kini memasuki tahap akhir pengujian sebelum memperoleh izin edar dari Kementerian Pertanian (Kementan).
Plt Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri, Sukadi, menjelaskan bahwa pupuk Joyoboyo merupakan hasil sinergi antara pemerintah daerah dengan kelompok tani di berbagai kecamatan. Berdasarkan hasil uji laboratorium, pupuk tersebut menunjukkan kualitas di atas rata-rata dengan kadar NPK mencapai 7 persen, melampaui batas minimal standar nasional sebesar 4 persen.
“Saat ini kami masih melakukan uji coba langsung di tanaman. Hasilnya sudah sangat baik. Kami hanya menunggu proses evaluasi dan izin edar dari Kementan agar bisa segera digunakan secara luas,” ujar Sukadi, Kamis (6/11/2025).
Sukadi menegaskan, program pengembangan pupuk organik ini menjadi bagian dari upaya besar pemerintah daerah untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang selama ini digunakan secara intensif.
“Tujuan utama kami adalah mengembalikan kesuburan alami tanah. Pupuk Joyoboyo diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mewujudkan pertanian sehat dan produktif,” jelasnya.
Untuk mendukung produksi pupuk tersebut, Dispertabun telah membentuk Koperasi Palem Pare, yang menaungi 46 kelompok tani dari Kecamatan Papar, Pare, dan Plosoklaten. Koperasi ini memproduksi pupuk organik padat dan cair dengan merek Joyoboyo, yang nantinya akan menjadi produk unggulan pertanian Kabupaten Kediri.
Dispertabun juga tengah menyiapkan pembentukan koperasi serupa di beberapa wilayah lain seperti Badas, Kandangan, Kepung, dan Puncu. Koperasi tersebut akan berfungsi sebagai subdistributor pupuk organik bagi petani di masing-masing kecamatan.
“Kami ingin perputaran uangnya tetap di tangan petani Kediri. Karena itu, kami akan mendorong pemerintah desa untuk mengalokasikan sebagian dana desa guna membeli pupuk produksi lokal ini,” terang Sukadi.
Dalam mekanismenya, setiap desa diklasifikasikan berdasarkan luas lahan pertanian. Desa besar dapat mengalokasikan Rp 30 juta, desa menengah Rp 25 juta, dan desa kecil Rp 20 juta untuk pengadaan pupuk organik melalui koperasi petani. Distribusi pupuk akan diawasi langsung oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas agar penggunaannya tepat sasaran.
“Kami pastikan pupuk yang dibeli benar-benar disebar di lahan, bukan hanya disimpan di gudang,” tegasnya.
Selain fokus pada pupuk organik, Dispertabun juga memperkuat sarana pertanian dengan menyerahkan 10 unit alat mesin pertanian (alsintan) berupa traktor roda empat kepada kelompok tani di berbagai wilayah. Bantuan tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Pertanian.
“Semua bantuan diberikan gratis tanpa potongan apa pun. Kami ingin memastikan alat ini benar-benar dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas petani,” kata Sukadi.
Tak berhenti di situ, Dispertabun tengah menjalin kemitraan dengan Food Station Tjipinang Jaya untuk mengembangkan produksi beras premium Kediri. Program ini akan mencakup seluruh rantai produksi — mulai dari benih, irigasi, pemupukan, hingga pascapanen — dengan sistem terintegrasi berbasis teknologi modern.
“Insyaallah sebelum akhir tahun kami mulai produksi beras premium khas Kediri. Semua prosesnya akan dilakukan dari hulu ke hilir di wilayah kita sendiri,” pungkasnya.
Dengan berbagai terobosan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kediri menegaskan komitmennya dalam mewujudkan pertanian mandiri, hijau, dan berdaya saing, sekaligus mengangkat potensi lokal menuju pertanian modern yang ramah lingkungan.(red.al)

Posting Komentar