Jakarta, penanuswantara.online – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis analisis resmi terkait penyebab bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh dan Sumatra sepanjang akhir November 2025.
Plt. Kepala Badan Geologi, Lana Saria, menjelaskan bahwa kejadian bencana di lima kabupaten — Humbang Hasundutan, Agam, Mandailing Natal, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara — dipicu oleh tiga faktor dominan, dengan curah hujan tinggi hingga ekstrem sebagai penyebab utama.
Kombinasi Hujan Ekstrem, Lereng Curam, dan Tanah Lapuk
Menurut Lana, kondisi geomorfologi wilayah yang didominasi lereng terjal hingga sangat terjal, ditambah jenis batuan yang rapuh dan mudah tergerus, membuat kawasan tersebut memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap longsor maupun banjir bandang.
Ia menegaskan bahwa upaya mitigasi harus dilakukan mulai dari tingkat desa.
“Peningkatan kapasitas masyarakat di wilayah rawan longsor melalui identifikasi tanda awal pergerakan tanah, penyiapan jalur evakuasi, hingga rehabilitasi vegetasi di lereng menjadi dasar pencegahan,” jelasnya dalam keterangan resmi, Minggu (30/11/2025).
Lana juga menekankan pentingnya pengendalian tata guna lahan di lereng curam, termasuk pembatasan pembukaan lahan baru dan perbaikan sistem drainase permukaan.
Sibolga Masuk Zona Kerawanan Gerakan Tanah Menengah–Tinggi
Terkait longsor di dua kabupaten di Sumatra Utara, Lana menyebut mayoritas lokasi kejadian berada di kawasan perbukitan curam yang mengelilingi Kota Sibolga, terutama di bagian timur dan selatan.
“Berdasarkan peta zona kerentanan gerakan tanah, wilayah Sibolga secara umum berada pada zona potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi, yang berarti daerah ini rentan mengalami pergerakan tanah,” ujarnya.
BMKG: Bibit Siklon Tropis 95B Picu Cuaca Ekstrem
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, membenarkan bahwa kondisi cuaca ekstrem turut dipengaruhi perkembangan signifikan Bibit Siklon Tropis 95B, yang terdeteksi sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh dan Selat Malaka.
Analisis BMKG menunjukkan 95B meningkatkan potensi hujan intensitas lebat–ekstrem serta angin kencang di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, dan sekitarnya.
“Masyarakat di wilayah terdampak harus meningkatkan kewaspadaan. BMKG terus memantau intensitas Bibit Siklon 95B dan meminta seluruh pemangku kepentingan memastikan langkah mitigasi berjalan optimal,” ungkap Faisal.
Ancaman Lain: Munculnya Sistem Badai MCC
BMKG juga mendeteksi keberadaan Meso Siklon Konvektif Kompleks (Mesoscale Convective Complex/MCC) di Samudra Hindia barat Sumatra. Sistem badai berskala besar ini dapat menimbulkan hujan sangat deras dalam durasi panjang, angin kencang, bahkan hujan es.
Wilayah yang perlu mewaspadai dampak MCC meliputi Mandailing Natal, sebagian besar Sumatra Barat, dan beberapa area Sumatra Utara.
MCC dikenal sebagai salah satu fenomena atmosfer paling berbahaya karena dapat memicu banjir bandang dan longsor dalam waktu cepat.(RED.AL)

Posting Komentar