Mading 3D SMPN 3 Kota Kediri Raih Sorotan di Final Party School Contest 2025, Angkat Tema “Membaca Dunia, Mengubah Masa Depan”

  



KEDIRI,  penanuswantara.online  – Persaingan ketat antar pelajar dalam ajang Mading Wars tingkat SMP pada Final Party School Contest 2025 berlangsung seru dan kreatif. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah karya dari SMPN 3 Kota Kediri, yang menampilkan mading 3D berbentuk globe raksasa bertema “Membaca Dunia Mengubah Masa Depan.”

Karya tersebut menjadi pusat perhatian pengunjung karena menghadirkan berbagai elemen visual yang dekat dengan kehidupan masyarakat, mulai dari budaya pacu jalur, sound horeg, ikon perusahaan rokok PT Gudang Garam, hingga ilustrasi demo dan wisata viral di Kediri.

“Miniatur ini kami buat untuk menunjukkan bahwa belajar bisa datang dari mana saja — bukan hanya dari buku, tapi juga dari lingkungan sekitar,” ujar Oktaviana Dwi Rahayu (15), ketua tim mading SMPN 3 Kota Kediri.

Menurut Oktaviana, bentuk bola dunia dipilih sebagai simbol luasnya cakrawala ilmu yang dapat dijelajahi generasi muda. Uniknya, seluruh bahan mading tersebut dibuat dengan memanfaatkan barang bekas, seperti kertas yang diolah menjadi bubur dan dibentuk menyerupai pulau-pulau di dunia.

Pesan Lingkungan dari MTsN 2 Kota Kediri

Sementara itu, MTsN 2 Kota Kediri sukses menyabet predikat “Best Content” melalui mading bertema literasi lingkungan. Lewat karyanya, mereka mengajak generasi muda agar lebih sadar akan pentingnya menjaga bumi.

“Kami ingin mengajak anak muda melek literasi sekaligus peduli lingkungan,” tutur Quirina Qurotulaini Ramadhani, salah satu anggota tim.

Meski dihadapkan pada keterbatasan waktu dan kendala perizinan sekolah, tim MTsN 2 berhasil menuntaskan karyanya dengan soliditas tinggi. Bahkan mereka berhasil membuat alat robotik bertenaga baterai litium sebagai bagian dari inovasi mading, menggantikan aki agar lebih efisien.


Sekam Padi dan Filosofi Rendah Hati dari MTsN 8 Kediri

Inovasi tak kalah unik datang dari MTsN 8 Kediri, yang menyabet kategori “Best Creative 3D.”
Mereka mengusung tema “Anomali LiterAction”, menggambarkan bahwa setiap individu memiliki cara dan tingkat pengetahuan berbeda untuk mencapai kemajuan.

Bahan utama mading mereka pun menarik — sekam padi.

“Padi punya filosofi yang kuat: semakin berisi, semakin menunduk. Kami ingin mengajarkan agar generasi muda tetap rendah hati meski berilmu,” jelas Bahiroh Nabila Fahrani, salah satu anggota tim.

Kreativitas itu sekaligus mencerminkan nilai pluralisme dan keberagaman Indonesia yang mereka tuangkan dalam karya literasi visual.

SMPN 2 Nganjuk Raih “Best Performance”

Kategori “Best Performance” jatuh pada SMPN 2 Nganjuk. Tim mading mereka tampil memukau dengan menonjolkan berbagai karya literasi orisinal seperti tajuk, opini, puisi, dan cerpen.

“Tema kami ‘Literasi Sejuta Inspirasi’. Dengan membaca satu buku, kita bisa mengenal dunia,” ungkap Cindy Ramdhani Irmawan (14).

Karya mereka juga memiliki simbol unik berupa arah mata angin, yang melambangkan literasi sebagai penunjuk arah bagi generasi muda agar tahu mana yang benar dan salah.

“Lomba ini bukan sekadar adu kreativitas, tapi juga mengajarkan cara berkomunikasi, memahami, dan menghargai pendapat orang lain,” pungkas Cindy.

Ajang Mading Wars ini menjadi bukti bahwa literasi bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang keberanian berimajinasi, berinovasi, dan menyampaikan gagasan positif untuk masa depan bangsa.(red.al)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama