KEDIRI, penanuswantara.online – Dugaan kasus pemukulan yang melibatkan seorang Bhabinkamtibmas Kelurahan Jagalan, Kecamatan Kota Kediri, berpotensi memicu eskalasi. Insiden yang terjadi saat pementasan jaranan ini telah dilaporkan ke pihak berwajib dan kini mengundang reaksi keras dari komunitas seniman lokal. Ratusan seniman jaranan se-Kediri Raya dijadwalkan akan menggelar aksi unjuk rasa di Mapolres Kediri Kota pada Kamis mendatang, menuntut keadilan dan penangkapan para pelaku kerusuhan yang memicu insiden tersebut.
M. Hanif, seorang tokoh jaranan di Kota Kediri, menyatakan bahwa laporan terhadap Bhabinkamtibmas bernama Soni tidaklah adil. Menurut Hanif, Soni saat itu sedang bertugas meredam keributan. "Jika Pak Soni dilaporkan karena bertugas, kami bersama ratusan seniman jaranan akan meminta polisi untuk mengamankan para pelaku kerusuhan saat pementasan di Jagalan. Ini biar fair," tegas Hanif pada Selasa (14/10). Ia menambahkan bahwa keributan kecil dalam pertunjukan adalah hal wajar dan tidak perlu didramatisasi, mengingat jaranan adalah seni budaya yang mengharumkan nama Kota Kediri.
Hanif menjelaskan bahwa Soni, yang baru pindah tugas ke Jagalan dari Kelurahan Kemasan, berusaha meredam situasi. Dalam upaya tersebut, kakinya disebut-sebut mengenai pagar barikade, memicu reaksi spontan dari Soni untuk mencari penyebabnya. Pernyataan ini menjadi bagian dari "Seniman Jaranan Bersatu" yang telah mengeluarkan 20 poin tuntutan, salah satunya meminta pembebasan Soni dari segala laporan.
Di sisi lain, Bayu, yang mengaku sebagai korban pemukulan, telah membuat laporan resmi ke Polres Kediri Kota. Ia membantah tudingan sebagai pembuat onar dan menyatakan bahwa dirinya justru berinisiatif melerai pertikaian agar pertunjukan dapat terus berlangsung. "Saya hanya ingin menenangkan penonton agar tidak mengganggu pagelaran jaranan itu. Tapi saat saya sedang melerai, tiba-tiba muncul oknum polisi berpakaian dinas, Bhabinkamtibmas Kelurahan Jagalan, langsung memukul wajah saya tanpa sebab," terang Bayu.
Pernyataan dari "Seniman Jaranan Bersatu" secara garis besar menunjukkan dukungan penuh terhadap institusi Polri dalam pengamanan kegiatan jaranan. Mereka menegaskan bahwa Polri telah bertindak benar dan tidak perlu gentar terhadap sanksi Propam maupun LSM yang legalitasnya dipertanyakan. Para seniman juga menyuarakan kekhawatiran akan rusaknya kesenian jaranan oleh pemabuk dan menuntut agar pelaku pengeroyokan terhadap seniman segera ditangkap. Mereka secara eksplisit mendukung Soni, meminta Kapolres untuk melindungi anggotanya, dan mengabaikan pengaduan yang dianggap tidak jelas, serta menuntut pembebasan Soni.
Situasi ini menyoroti kompleksitas pengamanan acara budaya di tengah keramaian, serta perbedaan persepsi antara pihak keamanan dan masyarakat. Aksi unjuk rasa yang direncanakan akan menjadi penentu arah penanganan kasus ini selanjutnya.(RED.AL)
Posting Komentar