Pidato di Singapura, Jokowi Soroti Masa Depan Ekonomi Berbasis AI dan Desak Reformasi Lembaga Global

  


SINGAPURA, penanuswantara.online  – Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa masa depan intelligent economy atau ekonomi kecerdasan sangat ditentukan oleh kemampuan masyarakat menguasai teknologi kecerdasan buatan (AI) serta pembaruan terhadap sistem lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, IMF, dan WTO. Hal itu disampaikan dalam pidato penutupan Bloomberg New Economy Forum di Hotel Capella, Singapura, Jumat (21/11).

Berbicara dalam bahasa Inggris di hadapan para pemimpin dan eksekutif global, Jokowi menekankan pentingnya menyiapkan sumber daya manusia agar mampu beradaptasi dengan transformasi teknologi yang semakin cepat.

“Saya meyakini akan muncul lebih banyak pekerjaan dan peluang di masa depan, sepanjang masyarakat dipersiapkan dengan keterampilan yang tepat,” ujar Jokowi.
“Kita harus memastikan generasi kita belajar tentang AI, coding, algoritma, dan machine learning. Literasi teknologi kini menjadi pondasi utama karena daya saing negara bergantung pada kemampuan mengolah data dan informasi.”

Desak Reformasi Lembaga Keuangan dan Perdagangan Global

Jokowi menilai percepatan teknologi harus disertai revisi besar dalam struktur lembaga internasional. Ia menyebut IMF, Bank Dunia, dan WTO perlu memperbarui perangkat kebijakan serta aturan-aturannya agar tetap relevan menghadapi perubahan ekonomi global. Ia tidak merinci bentuk reformasi yang dimaksud.

Sejak April 2025, Jokowi menjadi anggota Dewan Penasihat Bloomberg New Economy, forum strategis yang digagas Michael Bloomberg untuk merespons pergeseran pusat kekuatan ekonomi dunia—dari Barat ke Timur dan dari Utara ke Selatan—yang kini semakin dipercepat oleh digitalisasi.

Jokowi mengatakan perannya di dewan penasihat fokus pada isu kecerdasan buatan, data, serta transformasi ekonomi digital, sekaligus membawa pengalaman Indonesia dalam mengelola industrialisasi berbasis teknologi.

Bangga pada Lompatan Transformasi Digital Indonesia

Dalam pidatonya, Jokowi juga mengulas perjalanan satu dekade pemerintahannya. Ia menyebut Indonesia telah membangun fondasi kuat melalui pembangunan infrastruktur digital, pusat data, dan peluncuran satelit baru untuk memperluas layanan internet nasional.

“Infrastruktur adalah tulang punggung ekonomi kecerdasan karena menjadi penopang konektivitas, aliran data, dan integrasi teknologi. Regulasi yang tepat mendorong inovasi dan kewirausahaan tumbuh berdampingan,” jelasnya.

Ia menyoroti keberhasilan sistem pembayaran digital QRIS yang kini dipakai mulai dari pedagang kecil hingga korporasi besar.
“Sekarang pedagang kaki lima di desa kecil menggunakan sistem pembayaran yang sama dengan perusahaan besar di Jakarta,” ucapnya bangga.

Jokowi juga menyinggung strategi hilirisasi dan industri baterai kendaraan listrik (EV) sebagai momentum Indonesia memaksimalkan teknologi dan sumber daya untuk melompat menuju ekonomi berbasis kecerdasan.

Rangkaian Pertemuan dengan Tokoh Dunia

Selama tiga hari mengikuti forum di Singapura, Jokowi bertemu sejumlah tokoh penting seperti Michael Bloomberg, mantan PM Inggris Rishi Sunak, dan Wakil PM Singapura Gan Kim Yong. Ia juga menghadiri sarapan tertutup bersama para menteri, CEO, dan pejabat pemerintahan.

Pada malam hari, Jokowi menjadi tamu undangan di Gala Dinner yang dipimpin PM Singapura Lawrence Wong. Melalui akun Instagramnya, ia juga membagikan potret kebersamaannya dengan Menteri Senior Singapura Lee Hsien Loong, tampak berbincang santai sambil menaiki buggy car, ditemani ajudannya Kompol Syarif Fitriansyah.

Warisan Ekonomi Sejak 2014

Selama memimpin Indonesia (2014–2024), Jokowi berhasil menggeser citra Indonesia dari negara “Fragile Five” menjadi salah satu ekonomi berkembang yang stabil. Kebijakan hilirisasi, pembangunan infrastruktur masif, dan stabilitas fiskal mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 5 persen per tahun.

Meski target pertumbuhan 7 persen tak tercapai, pembangunan dasar-dasar ekonomi digital dan transformasi industri dianggap sebagai warisan penting. Namun pandemi COVID-19 juga memperlihatkan tantangan struktural, seperti lambatnya pertumbuhan upah dan penciptaan lapangan kerja—pekerjaan rumah yang kini diteruskan kepada Presiden Prabowo Subianto.

Jokowi menutup pidatonya dengan pesan bahwa masa depan ekonomi global akan ditentukan oleh kemampuan negara beradaptasi dengan teknologi dan melakukan reformasi struktural.
“Ekonomi kecerdasan bukan hanya soal teknologi, tetapi soal bagaimana kita menyiapkan manusia dan sistem global untuk menghadapi perubahan besar,” ujarnya.(red.al)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama