Kediri, penanuswantara.online – Upaya Pemerintah Kota Kediri dalam mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Klotok masih menghadapi tantangan besar. Dari delapan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) yang ada, sebagian besar belum beroperasi secara maksimal.
Rata-rata, satu TPS3R baru mampu menampung sekitar satu ton sampah per hari, sedangkan sekitar 80 persen sampah lainnya tetap dikirim ke TPA Klotok. Salah satunya TPS3R Banjarmlati, yang saat ini hanya bisa mengolah sekitar 1,47 ton sampah per hari.
Meski telah memiliki fasilitas mesin pemilah dan pengolah, baru sekitar 20 persen sampah yang berhasil diolah. Sisanya tetap berakhir di TPA, karena sistem pengelolaan belum berjalan sesuai harapan.
Kendala Manajerial Hambat Operasional
Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mlati Berseri, Moh. Ali, menjelaskan bahwa kendala utama terletak pada manajemen pengelolaan. Saat ini, pengoperasian TPS3R Banjarmlati diserahkan kepada pihak ketiga, sementara KSM hanya bertugas menyediakan dan menampung sampah dari warga.
“Sebenarnya mesin bisa digunakan, tapi belum difungsikan penuh. Penanganannya masih sebatas mengangkut sampah ke TPA,” ujar Ali, Selasa (8/10/2025).
Ia menambahkan, jika pengelolaan dilakukan secara maksimal dengan dukungan tenaga kerja yang memadai, pengolahan sampah di TPS3R dapat berjalan lebih efisien.
“Kalau dikerjakan tujuh orang saja secara rutin, kami yakin sampah bisa habis diolah di sini,” tambahnya.
Pemilahan Sampah Masih Terbatas
Saat ini, proses pemilahan di TPS3R masih dilakukan secara manual dan hanya terbatas pada sampah botol, kertas, dan plastik. Akibatnya, sebagian besar sampah tetap harus dibuang ke TPA Klotok.
“Pemilahannya masih sederhana, jadi hasilnya belum maksimal,” aku Ali.
DLHKP Akui Kinerja TPS3R Belum Maksimal
Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri, Indun Munawaroh, membenarkan bahwa pengelolaan TPS3R belum berjalan sesuai target.
“Idealnya, jika ada 100 ton sampah masuk ke TPS3R, hanya sekitar 30 persen yang dikirim ke TPA. Namun kenyataannya masih sekitar 70 persen,” jelasnya.
Indun menuturkan, salah satu kendala utama adalah proses pengolahan yang sebagian besar masih manual, terutama pada tahap pemilahan.
“Indikator TPS3R berfungsi optimal adalah semakin sedikitnya sampah yang dikirim ke TPA,” imbuhnya.
Sebagai langkah tindak lanjut, DLHKP berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan TPS3R agar dapat menentukan kebijakan baru dalam pengolahan sampah perkotaan.(red.al)
Posting Komentar