Warga Keluhkan Debu Proyek Tol Kediri–Tulungagung di Sukorame, Pelaksana Janji Lakukan Penyiraman Rutin

  


KEDIRI,penanuswantara.online   – Aktivitas proyek di sekitar perempatan Sukorame, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, menuai keluhan dari warga dan pengguna jalan. Debu tebal serta tumpukan material yang berserakan di sepanjang ruas jalan membuat lalu lintas terganggu, terutama pada jam padat pagi dan sore hari.

Warga menilai keberadaan kendaraan berat dan kegiatan proyek di lahan kosong sisi perempatan menjadi sumber utama gangguan. Salah satunya diungkapkan oleh aktivis sosial Kediri, Roy Kurnia Irawan, yang menilai pelaksana proyek kurang memperhatikan aspek keselamatan dan kenyamanan masyarakat sekitar.

“Keselamatan dan kebersihan jalan umum seharusnya jadi perhatian utama. Sekarang warga harus menanggung dampaknya karena debu dan material proyek berserakan,” ujar Roy yang akrab disapa Bang Roy, Minggu (19/10/2025).

Awalnya, warga mengira area tersebut akan dijadikan kawasan perumahan baru. Namun, belakangan diketahui bahwa lahan itu disewa sementara sebagai tempat perakitan girder untuk proyek Tol Kediri–Tulungagung, yang termasuk dalam proyek strategis nasional (PSN).

Pelaksana Harian PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA)Riza Efendi, membenarkan penggunaan lahan Sukorame untuk kebutuhan proyek tol. Menurutnya, lokasi itu berfungsi sebagai tempat penyimpanan material dan perakitan girder sebelum dikirim ke titik pembangunan utama.

“Lahan ini sifatnya hanya sementara, kami gunakan untuk stok material dan penyetelan girder,” kata Riza saat ditemui di lokasi kerja.

Terkait keluhan masyarakat soal debu, Riza mengakui memang ada dampak yang dirasakan warga, namun pihaknya telah berupaya mengurangi polusi debu dengan penyiraman jalan secara rutin.

“Kami menyiapkan water tank setiap hari. Setelah pekerjaan selesai, kami lakukan penyemprotan untuk menekan debu,” jelasnya.

Ia menambahkan, aktivitas di area tersebut baru berlangsung sekitar satu pekan. “Pekerjaan kami mulai pagi hingga sore, tapi kalau ada kebutuhan mendesak, bisa lembur sampai malam,” imbuhnya.

Pantauan di lapangan memperlihatkan masih ada beberapa tumpukan tanah di area proyek. Riza menjelaskan bahwa tanah tersebut merupakan sisa dari proses perataan lahan rumah warga sekitar yang disesuaikan untuk area kerja proyek.

“Tanah itu bukan dari galian baru, melainkan sisa perataan sebelumnya. Kami berusaha agar lokasi tetap rapi dan tidak mengganggu pengguna jalan,” katanya.

Girder yang dirakit di lokasi Sukorame nantinya akan digunakan untuk pembangunan jembatan di ruas Tol Kediri–Tulungagung, termasuk bagian yang melintas menyerupai terowongan di kawasan Jalan Kawi.

Meski proyek ini menjadi bagian penting dari pengembangan infrastruktur nasional, warga berharap pelaksana proyek tetap memperhatikan aspek lingkungan dan keselamatan publik.

“Pembangunan boleh berjalan, tapi jangan sampai membuat warga sekitar tidak nyaman. Debu bisa diminimalkan kalau ada langkah antisipasi,” ungkap seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Keluhan terkait dampak proyek besar seperti ini kerap muncul, terutama soal debu, kebisingan, dan kerusakan jalan. Karena itu, masyarakat meminta agar pemerintah daerah turut melakukan pengawasan agar standar keselamatan dan kebersihan tetap dijaga.

Proyek jalan tol diharapkan menjadi simbol kemajuan, bukan sumber keresahan. Pembangunan yang baik bukan hanya soal menghubungkan dua kota, tetapi juga bagaimana menghadirkan kenyamanan dan kepercayaan masyarakat di sekitarnya.(red.al)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama