Kediri, penanuswantara.online – Meski gedung kantor mereka rusak berat akibat kericuhan pada 30 Agustus lalu, para anggota DPRD Kabupaten Kediri dan staf sekretariat dewan tetap menjalankan tugas pelayanan publik seperti biasa. Aktivitas pemerintahan berjalan dengan segala keterbatasan, bahkan di bawah bayang-bayang ketakutan karena kondisi bangunan yang diduga tak lagi sepenuhnya aman.
Siang itu, air menetes deras dari langit-langit lobi gedung. Suaranya seperti gerimis, meski cuaca di luar sedang cerah. Tetesan tersebut adalah sisa hujan sehari sebelumnya yang menggenang di atap gedung akibat kerusakan pascakebakaran.
“Hujannya kemarin,” ujar Subagiyo, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Kediri, yang hari itu memimpin rapat dengar pendapat (RDP) dengan warga Desa Tiron, Kecamatan Banyakan.
Tetesan air tersebut menjadi bukti kerusakan parah gedung DPRD yang sebagian besar hangus dalam insiden anarkis pada 30 Agustus. Kebakaran itu mengakibatkan banyak ruangan tak lagi dapat digunakan.
Sekretaris DPRD Kabupaten Kediri, Ilario Mendes, menjelaskan bahwa hampir seluruh fasilitas utama rusak total. Ruang paripurna, ruang rapat komisi, dan sejumlah ruang kerja hangus terbakar. Hanya tersisa tujuh ruang fraksi, ruang badan kehormatan, bappemperda, dan tiga ruang sekretariat dewan yang masih dapat ditempati.
Meski kondisi bangunan tidak ideal, pelayanan publik tidak bisa dihentikan. Petugas keamanan dan staf sekretariat tetap berjaga, sementara para legislator tetap menjalankan agenda pemerintahan.
“Kami memaksimalkan ruang yang tersisa. Semoga pelayanan tetap bisa berjalan optimal walaupun serba terbatas,” kata Mendes.
Kerusakan bangunan tampak jelas dari depan. Jelaga hitam menempel di dinding, dan aroma sangit masih tercium menyengat. Bagian tangga utama disebut rawan ambruk, terutama saat musim hujan. Akses yang relatif aman hanyalah jalur disabilitas menuju lantai atas.
Di lantai tiga—tempat RDP sementara dilakukan—bekas kebakaran masih terlihat. Dinding berjelaga, bau hangus, hingga plafon yang baru diperbaiki menandakan keadaan darurat yang belum benar-benar pulih.
Kerugian tidak hanya berupa bangunan. Arsip penting dan dokumen sejak gedung tersebut berdiri dikabarkan hilang terbakar. Bahkan data digital di komputer staf juga lenyap karena perangkat turut hangus.
“Banyak aduan masyarakat hilang datanya. Ada juga yang belum diproses. Terpaksa menunggu laporan ulang dari warga,” ungkap Mendes. Sejumlah peralatan kantor juga habis dijarah atau terbakar.
Sambil menunggu proses asesmen kerusakan dan penghapusan aset, termasuk barang-barang yang menjadi barang bukti di kepolisian, aktivitas pemerintahan dijalankan sebisanya. Mendes menyebut, bahkan dua sepeda motor pegawai hilang dan hingga kini belum kembali.
Belum ada gedung pengganti yang bisa digunakan. Pembangunan kembali gedung DPRD baru direncanakan tahun 2027. Hingga saat itu tiba, aktivitas pemerintahan harus tetap berjalan dengan kondisi seadanya.
“Situasinya ya seperti ini dulu. Yang penting pelayanan tetap ada,” tutup Mendes.(red.al)
.webp)
Posting Komentar