Surabaya, penanuswantara.online – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat tren penurunan surplus beras di provinsi ini selama tiga tahun terakhir, meskipun Jawa Timur masih menjadi salah satu lumbung padi nasional.
Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, menjelaskan bahwa pada 2022, Jawa Timur masih mencatat surplus 1,13 juta ton beras. Angka tersebut menurun menjadi 1,10 juta ton pada 2023, dan kembali turun signifikan menjadi 0,80 juta ton pada 2024.
“Produksi tertinggi tercatat pada April 2024 sebesar 1,23 juta ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada Januari, hanya sekitar 159,96 ribu ton,” ujar Zulkipli, Senin (20/10/2025).
Ia menambahkan, kelebihan produksi beras setiap tahunnya digunakan sebagai cadangan beras nasional, yang berfungsi menjaga kestabilan harga, mengantisipasi gangguan pasokan, serta memenuhi kebutuhan bantuan sosial bagi masyarakat kurang mampu.
Namun, di tengah masih adanya surplus, impor beras Jawa Timur justru meningkat tajam dalam tiga tahun terakhir.
Pada 2023, nilai impor beras naik 510,94 persen dibanding tahun sebelumnya, dan kembali meningkat 48,78 persen pada 2024. Dari sisi volume, lonjakan juga terjadi — naik 387,07 persen pada 2023, serta bertambah 45,78 persen pada 2024.
“Kenaikan nilai impor ini dipengaruhi oleh fluktuasi kurs dolar terhadap rupiah. Sementara kenaikan volume menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan beras masyarakat seiring pertumbuhan penduduk di Jawa Timur,” jelas Zulkipli.
Menariknya, di tengah peningkatan impor, Jawa Timur tetap mencatat ekspor beras, meski dalam jumlah terbatas. Jenis beras yang diekspor antara lain beras berkulit (padi) untuk semai dan non-semai, beras ketan giling sebagian, serta beras pecah yang digunakan untuk pakan ternak.
Nilai ekspor beras sempat menurun pada 2023, namun kembali naik 12,10 persen pada 2024. Jika dibandingkan dengan 2022, ekspor beras Jatim justru turun 6,87 persen. Dari sisi volume, ekspor sempat merosot 72,22 persen pada 2023, kemudian meningkat 7,63 persen pada 2024.
Zulkipli menegaskan pentingnya menjaga stabilitas produksi pertanian agar ketergantungan terhadap impor tidak semakin besar.
“Jawa Timur masih berperan penting sebagai penyokong pangan nasional. Namun, tren penurunan surplus dan peningkatan impor ini menjadi peringatan agar produktivitas pertanian terus ditingkatkan,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa penguatan cadangan beras pemerintah, peningkatan efisiensi distribusi, serta adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi langkah penting untuk menjaga ketahanan pangan di Jawa Timur.(red.al)
Posting Komentar