Gresik, (7/11/2025), penanuswantara.online — Laga panas antara Persik Kediri vs Persebaya Surabaya di pekan ke-12 Super League 2025/2026 belum dimulai, tapi tensi sudah memuncak. Bukan karena adu strategi di lapangan, melainkan gara-gara aturan wajib menunjukkan KTP Kediri bagi semua penonton yang ingin masuk ke Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik.
Kebijakan ini sontak memicu gelombang protes dari Bonek, suporter fanatik Persebaya, yang menilai aturan tersebut tidak masuk akal dan merusak esensi kebebasan menonton sepak bola.
“Aku mau lihat bola, bukan ambil bansos!” tulis akun fanbase @persebayafans.27 yang viral di media sosial.
Beberapa Bonek lain bahkan menyindir kebijakan itu bak urusan administratif.
“Nonton bola kok kudu cek KTP, iki pertandingan apa daftar pinjol?” tulis salah satu komentar warganet dengan nada kesal.
Awalnya, duel klasik ini dijadwalkan di Stadion Brawijaya Kediri, namun karena renovasi belum rampung, panitia memindahkan laga ke Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik. Meski dianggap paling siap dari segi fasilitas dan keamanan, keputusan ini ternyata menimbulkan masalah baru.
Panitia pelaksana (panpel) hanya mendapat izin menjual 2.500 tiket, dan semuanya hanya untuk warga beridentitas Kediri. Tak ada pengecualian bagi suporter tamu.
“Situasi ini memang sulit, tapi kami mengikuti seluruh arahan pihak keamanan agar pertandingan tetap bisa berlangsung dengan aman,” ujar Tri Widodo, perwakilan panpel Persik.
Tak hanya pembatasan tiket, suporter Persebaya (Bonek dan Bonita) juga dilarang total hadir di stadion. Kepolisian telah menyiapkan sejumlah penyekatan di titik-titik strategis untuk mencegah rombongan hijau menembus wilayah Gresik.
Langkah ini diambil demi mencegah potensi bentrok, mengingat Derbi Jatim dikenal sarat gengsi dan rivalitas panas. Panpel juga sudah berkoordinasi dengan komunitas Persik Mania untuk memastikan pertandingan berlangsung kondusif.
Meski larangan tegas sudah diumumkan, sebagian Bonek mengaku tetap berangkat ke Gresik.
“Ttep budal wes tuku tiket kok,” tulis salah satu komentar yang menunjukkan loyalitas tanpa batas dari suporter Bajol Ijo itu.
Namun, banyak pula yang merasa dirugikan karena sudah terlanjur membeli tiket sebelum aturan diumumkan. “Kadung tuku tiket, info bareng-bareng mas,” keluh seorang Bonek kecewa.
Pihak Persik menegaskan, aturan KTP bukan dimaksudkan untuk membatasi suporter, melainkan demi keamanan bersama. Laga ini juga menjadi ujian berat bagi tim berjuluk Macan Putih, yang harus bermain “tandang” meski berstatus tuan rumah dan menanggung biaya operasional besar.
Sementara bagi Persebaya, tantangan datang tanpa dukungan langsung dari ribuan Bonek di tribun — situasi yang tentu memengaruhi semangat tim di lapangan.
Derbi Jawa Timur selalu lebih dari sekadar pertandingan. Ini adalah soal harga diri, sejarah, dan fanatisme. Namun, drama kali ini menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia masih berproses menuju kedewasaan — menyeimbangkan euforia suporter dengan tanggung jawab keamanan.
Meski panas, harapan tetap satu: pertandingan berjalan aman, sportif, dan menjadi hiburan sejati bagi seluruh pecinta sepak bola tanah air.
Karena pada akhirnya, warna seragam boleh berbeda, tapi cinta terhadap sepak bola tetap satu — tak bisa dibatasi oleh selembar KTP.(red.al)

Posting Komentar