Kediri, penanuswantara.online – Menghadapi potensi kerusakan tanaman akibat gagal panen (puso) dan banjir yang mulai terjadi di musim hujan 2025, Pemerintah Kabupaten Kediri menyediakan stok benih padi dan jagung untuk kebutuhan tanam ulang seluas 100 hektare lahan.
Ketersediaan cadangan benih ini dimaksudkan agar petani dapat kembali menanam tanpa menunggu lama proses bantuan reguler.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri, Sukadi, melalui Kepala Bidang Pengelolaan Pangan Rini Pudyastuti, mengungkapkan bahwa sejumlah wilayah telah melaporkan kerusakan tanaman akibat cuaca ekstrem.
Di antaranya, 3 hektare lahan jagung di Desa Baye, Kecamatan Kayen Kidul, dipastikan mengalami puso, sementara total 15 hektare lahan terdampak hujan deras dan genangan.
“Untuk jagung yang mengalami puso sudah kami bantu benihnya. Sedangkan banjir yang terjadi pada 30 Oktober lalu, petani juga mendapat bantuan benih padi. Di musim hujan seperti ini, kerusakan tanaman memang rawan terjadi,” jelas Rini, Senin (24/11/2025).
Prosedur Ketat: Cek POPT hingga CPCL PPL
Rini menegaskan bahwa setiap pengajuan bantuan harus melalui tahapan yang telah ditetapkan. Setelah laporan diterima, petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) turun memeriksa kondisi tanaman.
Apabila dinyatakan puso, PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) menyusun CPCL (Calon Petani Calon Lokasi) yang kemudian diajukan ke dinas untuk penyaluran benih.
“Semua harus terverifikasi. Setelah petugas memeriksa dan PPL membuat CPCL, barulah benih kami distribusikan sesuai kebutuhan lapangan,” tegasnya.
Selain Kayen Kidul, kerusakan juga ditemukan di Kecamatan Banyakan dengan 1,5 hektare lahan padi terdampak banjir.
Stok Benih Aman untuk Musim Tanam 2025
Meski total puso yang tercatat secara resmi baru mencapai 3 hektare, Dinas Pertanian sudah menyalurkan bantuan benih untuk total 20 hektare lahan yang mengalami kerusakan.
“Insyaallah cadangan benih untuk 100 hektare ini lebih dari cukup. Tahun lalu saja, lahan yang terkena banjir tidak mencapai angka tersebut,” ujar Rini.
Selain benih, dinas juga menyiapkan langkah pemulihan lanjutan, terutama pada lahan yang terendam lama. Tanah yang menjadi terlalu asam akan mendapat perlakuan khusus menggunakan kapur pertanian atau dolomit untuk menormalkan pH.
“Kalau pH tanah tidak diperbaiki, hasil tanam berikutnya bisa menurun. Jadi perawatan tanah ini harus dilakukan,” tambahnya.
Koordinasi Lintas Instansi Cegah Banjir Berulang
Selain penanganan di lahan, upaya pencegahan banjir dilakukan melalui kerja sama dengan Dinas PUPR, BBWS, dan pihak Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang, terutama untuk normalisasi aliran sungai dan pengaturan pintu air.
Wilayah Mekikis, Purwoasri, yang sering menjadi langganan banjir, telah mendapat penanganan lebih intensif tahun ini.
“Dinas pertanian tidak bisa bekerja sendiri. Kami berkordinasi dengan PUPR dan BBWS. Alhamdulillah, banjir di Purwoasri tahun ini lebih terkendali,” ujarnya.
Rini menegaskan, petani dianjurkan menunggu hingga kondisi lapangan benar-benar aman sebelum kembali menanam, guna menghindari kerugian berulang.
“Kami tetap memantau kondisi. Kalau dipaksa tanam saat masih rawan banjir, petani bisa rugi kembali,” pungkasnya.(red.al)

Posting Komentar